Dian Aditya

Penjahit Digital.

Yang Sering Dilakukan Siswa Dan Yang Sering Diabaikan Oleh Pembimbing Dalam Tugas Akhir

Akhir Desember lalu saya berkesempatan untuk menjadi penguji eksternal (dari pihak industri) mewakili Meruvian di salah satu SMK swasta top di Kota Malang. Sangat istimewa karena kampung halaman saya berada di Kota Batu yang berdempetan dengan Malang, berasa seperti tiket mudik gratis dimana malamnya saya bisa ketemu teman-teman lama sambil ngopi bareng di pinggiran Jl. Diponegoro, bertemu hawa dingin dan pemandangan gunung di kiri kanan yang asri. #eaaa berasa makin lebay dan gak nyambung dengan judul.

Yap, setelah 2 hari mejeng di depan para siswa sebagai killer, disisi lain banyak diskusi menarik dengan para guru di setiap jeda dan seusai ujian mengenai kompetensi para siswa didiknya. Banyak point yang akhirnya disinggung, terutama masalah standart penyajian aplikasi seperti presentasi, pembuatan flow, DFD, ERD, laporan harcopy yang segepok dan banyak lagi hal-hal yang berbau teoritis yang menariknya belum pernah diajarkan sebelumnya kepada siswa, atau boleh juga dieja ‘sudah diajarkan tapi sedikit’, dimana point-point tersebut ada dalam lembar penilaian. Berbau menghakimi memang, yah tapi itu kenyataannya, dan saya yakin hal ini terjadi hampir di seluruh SMK (opini subjektif).

Maka dari itu sebagai rekanan industri yang baik #ceile disini saya akan membeberkan beberapa hal yang sering dilakukan siswa dalam tugas akhir yang menjadi point penilaian penguji yang sering luput dari bagian pengarahan pembimbing. Semoga dapat menjadi referensi untuk siswa SMK yang akan menghadapi tugas akhir agar tidak melakukan hal-hal di berikut.

Presentasi Software: Siswa selalu update, jaman semakin berkembang, tidak salah kalau presentasi harus pakai barang canggih. Maka dipakailah software yang bernama MS Office dengan versi keluaran minimal tahun 2007 (yang kita semua tahu sebagian bersar pasti bajakan).

Estetika: Banyak gambar-gambar bertebaran di slide yang akhirnya berkesan kurang profesional. Ada yang full manga, ada yang suka warna biru sampai semua tulisan dikasih biru dengan backgroundnya laut (mana kelihatan), yang ngefans ayu tingting juga gak mau kalah gitu juga, gak lah.

ERD: Sebagian besar menggunakan entity-relationship model

sebagian kecil lainnya menggunakan object-relational model

Saya juga baru tahu kalau ERD ada macam-macam modelnya :) tetapi object-relational model yang paling lazim digunakan dalam pembuatan aplikasi, ini yang bikin heran kenapa sebagian besar pakai entity-relational model.

Detail teknologi: hampir semua hanya menulis, “Java Web + MySql”, “PHP”, atau “Java Web + XAMPP” (gak paham yang ini), tanpa dijelaskan secara detail pustaka apa saja yang digunakan, padahal untuk java pasti buanyak pustaka yang dicomot.

Pembatasan Kasus

Ini yang paling suka saya bahas, pengalaman saya juga sebagai siswa biasanya minim ide. Banyak ide yang dibuat seolah berbeda padahal isinya sama, seperti Aplikasi Toko, ada yang membuat Toko Bola online, Toko Musik onlie, dan toko-toko yang lainnya. Disinilah ‘seharusnya’ peran pembimbing untuk mengarahkan siswa dalam hal kreatifitas yang sering luput.

Ketuntasan aplikasi: ada cerita menarik ketika saya berhadapan dengan siswa yang membuat sebuah aplikasi pemesanan lapangan futsal online.

Siswa : (sambil mendemokan aplikasi) “Berikut ini adalah form pemesanan. User yang akan menyewa lapangan harus mengisi form disini.”

Penguji : “Tidak ada register/login? Jadi orang tidak dikenal bisa langsung pesan?”

Siswa : “Mmmm, iya.”

Penguji : “Oke silakan dilanjutkan.”

Siswa : (Masuk halaman admin) “Kemudian orang yang pesan tadi datanya masuk ke halaman admin.”

Penguji : “Kalau ada orang yang mau pesan di jam yang sama?”

Siswa : “Tidak bisa.”

Penguji : “Untuk pembayarannya bagaimana?”

Siswa : “Ya… dibayar di tempat.”

Penguji : “Kalau yang pesan tidak hadir di hari H?”

Siswa : (hening)

Penguji : “Kalau yang pesan gitu semua gimana hayo?”

Siswa : (hening)

Penguji : (pasang muka baik) “Kan seharusnya ada konfirmasi pembayaran, biar gak bangkrut usahanya.”

Siswa : (meringis)

Penguji : “Jadi aplikasi kamu gak tuntas dong, mmm dikasih nilai berapa yah…”

Siswa : (mewek)

Sedikit percakapan diatas bisa menjadi sedikit gambaran bagaimana membuat aplikasi seharusnya tuntas, yah lagi-lagi peran pembimbing untuk melakukan check terhadap aplikasi siswa sebelum datang hari akhir (tugas akhir maksudnya).

Untuk sementara itu saja pengamatan saya tentang pelaksanaan tugas akhir kemarin, inti dari permasalahan yang saya angkat sebetulnya adalah kritikan untuk pembimbing sekolah yang terkadang (mohon maaf) kurang kejam untuk masalah lolos-meloloskan laporan akhir siswa, sehingga siswa seolah menjadi objek penyiksaan penguji eksternal, yang padahal memang sebetulnya aplikasinya belum layak untuk dijadikan tugas akhir. Tetapi terkadang malah diloloskan dengan alasan kasih sayang yang tanpa pandang bulu (opini subjektif). Masih banyak curahat yang belum sempat tersampaikan, mungkin lain kali bakal lebih panjang lagi bahasannya.

Semoga SMK makin maju. Salam “SMK Sakti Mandraguna, gak cuma bisa-bisaan…”

Comments