Dian Aditya

Penjahit Digital.

Yang Bikin Kita Susah Go Global

Kemarin saya diajakin ikutan seminar joget workflow oleh Pak Frans di kawasan mega kuningan, sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya, seperti pembicaranya yang full english dan para peserta yang usianya jelas jauh di atas saya (mungkin memang saya peserta termuda di sana :D). Sangat terasa ‘global’nya bagi saya, mungkin salah satunya karena acaranya diselenggarakan di kantor kedubes Malaysia (walaupun sempat dikejutkan dengan suguhan lemper, semoga tidak diklaim juga sebagai makanan khas mereka) yang mau tidak mau membuat saya harus membandingkan dukungan pemerintah Malaysia dengan pemerintah Indonesia (yang belum saya lihat, red) dalam hal produk opensource butatan dalam negeri. Bukan bidang saya memang untuk menyinggung masalah-masalah beginian, namun disisi lain memang sedikit demi sedikit kita harus mulai merubah pola pikir kita sendiri yang sudah melekat sejak jaman penjajahan hingga sekarang. Yang mungkin mebuat kita susah untuk go global. Berikut beberapa hal yang sering saya perhatikan di sekitar lingkungan saya, bahkan saya sendiripun sempat mengalami. “Kerja di luar kota? Jauh amat” kata-kata ini yang dulu sering saya dengar dari teman-teman seangkatan ketika saya memutuskan untuk berangkat ke Meruvian Jakarta sekitar 3 – 4 bulan yang lalu, persis setelah lulus dari SMK tercinta. Yah mungkin ini salah satu faktornya mengapa kita susah banget untuk bisa go global, sebagian dari mereka masih berfikir tinggal dekat dengan keluarga adalah prioritas yang tidak bisa di ganggu gugat. Dan inilah salah satu sifat yang harus dibuang jauh-jauh, mengapa? Ini petuah yang saya dapat dari Pak Frans, “Gimana bisa ke Australia atau keliling Eropa kalau ke luar kota yang masih di dalem negeri sendiri aja gak berani.” “Mending di sini aja, disana ada apan sih?” sebagian dari kita masih sangat nyaman tinggal di tempat asal, “kenapa musti susah-susah, mau makan sayur tinggal ambil di depan rumah, mau bebek tinggal ambil di belakang rumah” disaat Pinky and The Brain diluar sana sedang berusaha membuat hama untuk mengurangi populasi bebek di seluruh dunia untuk memuluskan rencana besar mereka menguasai dunia. Kemungkinan yang belum sempat tefikirkan hingga akhirnya produk-produk produk luar negeri masuk sebelum barang kita sempat go global. Jadi, apakah kita masih akan memelihara sifat tersebut disaat negara lain mulai gencar mendobrak rumah yang kita pikir masih aman?

Comments